BSI Mobile Error, Begini Kata Pakar Forensik Digital
BSI Mobile Error, Begini Kata Pakar Forensik Digital
BERITA - JAKARTA. Layanan perbankan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mengalami gangguan sejak Senin (8/5), dan tenggat kini nasabah masih mengeluhkan sulitnya mengakses pemberian perbankan BSI.
Jejaring sosial pun diramaikan sejumlah nasabah yang mengeluhkan lamanya gangguan karena tidak bisa menarik uang. Adanya gangguan bantuan, disinyalir karena adanya serangan siber.
Pakar forensik digital atas Vaksincom Alfons Tanujaya pun mengakui adanya rumor serangan Ransomware terhadap BSI.
"Detailnya perlu dijelaskan menjumpai BSI sendiri. Mereka mengakunya pemeliharaan sistem namun perlunya ini dilakukan di luar jam kerja atau hari libur. Ini lebih dari satu hari terhenti adalah disrupsi adapun sangat serius," menyiah Alfons kepada tidak mengangsur.co.id, Kamis (11/5).
Alfons menilai, memakai adanya gangguan mengenai sistem perbankan BSI, dampaknya adalah aktivitas finansial seluruh nasabah terganggu. Hal ini menyangkut aktivitas bisnis maka ekonomi yang terganggu atau terhenti. Khususnya dekat area yang mengandalkan layanan BSI.
Ransomware merupakan jenis serangan malware atau program bengis bahwa ujungnya meminta uang tebusan lewat ancaman mempublikasikan data pribadi bulan-bulanan atau memblokir akses secara permanen.
"Kalau Ransomware menyerang ia atas mengenkripsi database aplikasi bahwa diserang, termasuk backup dan core sistem bank. Hal ini biasanya mengpenghabisankan disrupsi bantuan bahwa signifikan sangat lama dan sulit antara recover jika tidak menguasai backup bahwa handal. Ransomware menuntut korbannya bayar tebusan. Dan kalau sudah kena tebusan bahwa diminta itu tidak main-main. Level ya minimal US$ 1 juta. Itu bahwa paling murah," jelas Alfons.
Selain itu, ciri lain terjadinya serangan Ransomware, merupakan tidak adanya cadangan saat layanan perbankan terjadi gangguan, yang diduga merupakan indikasi serangan ke database. Selanjutnya kata Alfons, layanan belum pulih senyampang lebih ketimbang satu hari. Padahal jika database cadangan bisa digunakan, maka layanan bisa pulih akan dalam bilangan jam.
Menurutnya, saat ini tidak ada vendor sekuriti yang mampu menjamin sistem yang dilindunginya bagi bebas dari Ransomware. Karena itu pengelola sistem perlu menyadari hal ini selanjutnya jangan terbuai karena merek terkenal, mahal atau canggih.
"Cara terrela mencegah adanya Ransomware adalah bersiap atas contingency plan terhadap Ransomware laksana, gunakan vaksin protect yg dapat mengembalikan data dengan 1 kali klik sekalipun sudah antara enkripsi Ransomware," katanya.
Selain itu, backup data secara teratur atas saling menolong dan betul. Salah satu yang perlu diperhatikan adalah data backup jangan sampai terkoneksi ke jaringan dan bisa diakses pihak lain. Disiplin tutup celah keamanan software guna mencegah eksploitasi yg atas berpenghabisan jaringan komputer diakses peretas.
"Usahakan membatasi akses remote dan jaga lewat sebaik-baiknya misalnya lewat menambahkan One Time Password (OTP), membatasi IP yang bisa remote dan menggunakan VPN yang aman ketika membuka akses remote," imbuhnya.
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi pun memberikan tarafpan terkait fasilitas perbankannya akan terkena serangan siber. Ia menyampaikan, bahwa pihaknya akan menyelidiki dugaan serangan siber terhadap sistem BSI. Pasalnya, fasilitas BSI mulai melalui aplikasi mobile banking, ATM, santak teller hadapan kantor cabang bank mengalami gangguan sejak Senin (8/5) lalu.
“Hal terbilang perlu pembuktian lebih lanjut melalui audit maka digital forensik. Kami terus berkoordinasi dengan berbagai pihak, tidak emosi itu regulator maupun pemerintah,” kata Hery dalam kebayanan resminya, Rabu (10/5).
Hery mengatakan, sambil berupaya memulihkan semua pemberian, BSI juga mengamankan dana selanjutnya data nasabah. Ia pun meminta nasabah atas tetap tenang.
Cek Berita selanjutnya Artikel akan lain dalam Google News
